Ke-IPNU-an
Oleh
: PAC IPNU Baureno Bojonegoro
A. Tinjauan
Sosiologis dan Strategis Kelahiran IPNU
Sebelum
mengetahui tinjauan sosiologis dan strategis kelahiran IPNU lebih dahulu kita
perlu menyatukan pandangan tentang makna sosiologis
Sosiologis
berasal dari dua kata sosial dan logos; sosial artinya masyarakat atau yang
berhubungan dengan orang lain atau beberapa individu.
Sedangkan
logos artinya pengetahuan. Sehingga dengan makna sederhana Sosisologis dapat
diartikan Ilmu yang mempelajari tentang gejala sosial atau perubahan-perubahan
bentuk kemasyarakatan yang menyangkut budaya dan peradaban dll
Secara
historis (sejarah) dapat kita lihat bahwa sebelum tahun 1954 sejak IPNU berdiri
tanggal sudah ada embrio (cikal bakal) organisasi muda yang berafiliasi dengan
NU (Nahdlatul Ulama) yang berdiri tahun 1926, seperti RAMNO, IMNO, PERPENO dll.
Sayangnya waktu itu organisasi tersebut masih bersifat kedaerahan/lokalistik
dan tidak koordinatif, akibatnya tujuan gerakan yang dilakukan tidak tercapai
secara optimal, sehingga sampai pada konferensi Ma’arif Nahdlatul Ulama seluruh
Indonesia di Semarang, IPNU resmi diproklamirkan sebagai Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama, tepatnya tanggal 24 Februari 1954 atau 20 Jumadil Akhir 1373
yang dipelopori oleh M Sofyan Cholil Mustahal, Ahmad Masjub, dan A. Ghoni
Farid, M Zeda dengan ketua umum Muhammad Tholkhah Mansur
IPNU
merupakan organisasi kemasyarakatan dengan tujuan internal organisasi
yaitu terbentuknya kader pelajar IPNU
yang beriman, bertaqwa kepada Allah, berakhlak mulia dan berwawasan kebangsaan
dan bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya ajaran Islam ala ahlus sunah
wal jama’ah di tengah-tengah masyarakat.
Melihat
tujuan IPNU maka jelaslah bahwa IPNU :
-
Wadah untuk mengkader/mempersiapkan
kader-kader yang akan menjadi pejuang dan berjuang dimasyarakat
-
Ikut menguatkan/memeperkuat nuansa spiritual
pemuda dikalangan masyarakat dan kemantapan beragama sehingga membentuk
kesalehan sosial (kebaikan secara menyeluruh dikalangan generasi muda khususnya
pelajar dan santri)
Berdirinya
IPNU adalah suatu hal yang sungguh penting bagi NU. Karena, ibarat sebuah
perkembangbiakan maka pembibitan atau regenerasi harus selalu dilakukan untuk
mempertahankan jenis atau bentuk dari organisasi.
IPNU
merupakan ujung tombak perjuangan yang mempunyai makna sebagai penerus tongkat
estafet perjuangan dan tulang punggung masa depan NU khususnya dan Islam ala
ahlussunah wal jama’ah pada umumnya.
Secara
historis, IPNU lahir dengan garapan pelajar pada tahun 1954, meski pada tahun
1985 IPNU sempat termarginalkan (terpinggirkan) sehingga berubah menjadi Ikatan
Putra Nahdlatul Ulama, tetapi suatu langkah bijaksana untuk mengambil khikmah
dari setiap sesuatu pada saat IPNU dialihkan ke putra, maka kita bisa melihat
keadaan masa IPNU yang sebenarnya dan tahu apa saja yang perlu dilakukan.
Untuk
merubah kearah yang lebih baik hingga tahun 2003 di Sukolilo, Surabaya Kongres
IPNU yang ke 14, IPNU kembali menjadi pelajar lagi. Hal ini memantapkan kita
untuk menggarap 3 segmen lahan pengkaderan yaitu : Pelajar formal (sekolah)
santri formal (pesantren) dan ranting yang beragam kader (santri, pelajar
dll/kader santri tidak formal)
B. Peristiwa-peristiwa
keputusan penting dari kongres IPNU
1.
Diawali dengan berdirinya IPNU pada tanggal
24 Februari 1954 adalah suatu tonggak sejarah baru yang paling penting bahwa
telah lahir wadah pengkaderan yang patut dibanggakan dengan nama IPNU (Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama) yang merupakan keputusan dari pelopor-pelopor,
pejuang/aktivis muda NU yang monumental.
2.
Perubahan status IPNU dari Pelajar menjadi
putra pada kongres ke-10 di Jombang, karena Politik Orde Baru melalui UU No 8
tahun 1985 yang mengatur Organisasi kemasyarakatan, UU tersebut melarang adanya
organisasi pelajar kecuali OSIS, sehingga untuk mempertahankan agar IPNU tetap eksis,
maka keputusan perubahan itupun disepakati. Ditambah lagi tentang ideologi
ormas yang menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya azaz dan mewadahi
Ormas-Ormas, OKP ke dalam KNPI (Upaya bentuk penjara/kekangan Orde Baru)
3.
Pada kongres ke-13 di Makasar pada tanggal
25 Maret 2000, memunculkan deklarasi
Makasar yang mengamanatkan IPNU kembali pada visi kepalajaran yang
diimplementasikan dalam pendirian komisariat dilembaga-lembaga pendidikan
sekolah dan pondok pesantren, tercatat 3 point, yaitu :
a. Mengembalikan
IPNU pada visi keterpelajaran sebagaimana tujuan pendirian
b. Menumbuhkembangkan
IPNU pada basis perjuangan yaitu sekolah & pondok pesantren
c. Mengembalikan
Corp Brigade Pembangunan (CBP) sebagai kelompok kedisiplinan, kepanduan dan
kepecintaalaman
4.
Tanggal 18-24 Juni 2003, pada Kongres IPNU
ke-14 di Surabaya, IPNU berubah menjadi pelajar lagi dan membagi 3 lahan
garapan : Ranting, Komisariat Sekolah dan Komisariat Pesantren
C. Kebijkan
Strategis IPNU kedepan
Dengan
kongres IPNU ke-14 di Surabaya yang mengembalikan IPNU ke Pelajar, maka perlu
diambil langkah-langkah kebijakan yang strategis dari IPNU untuk memformat dan
menata kembali IPNU kedepan yang lebih baik, sehingga mampu bertahan dan
menghadapi atau mampu menjawab tantangan zaman.
Karakteristik
Perjuangan Organisasi ditata dan dikembangkan supaya tidak termakan oleh usia
zaman.
Adapun
beberapa kebijakan yang perlu dan harus diambil :
a. Mengedepankan
pemberdayaan pelajar dan santri
Bahwa
orientasi IPNU berpijak pada keniscayaan organisasi dan anggotanya untuk
senantiasa menempatkan pergerakan pada zona keterpelajaran dan kaidah-kaidah
Belajar, Berjuan dan Bertaqwa.
Wawasan
IPNU pada wawasan keterpelajaran berarti wawasan yang menempatkan organisasi
dan anggota pada pemantapan diri sebagai Center of Excelence pemberdayaan
sumber daya terdidik yang berilmu, berkeahlian dan visioner (punya pandangan
kedepan) yang dilandasi misi sucinya berpihak pada kebenaran, kejujuran serta
amar ma’ruf nahi mungkar.
Kemudian
dengan masuknya IPNU ke Pesantren, santri dapat dengan leluasa menjawab
tantangan untuk kepentingan itu. Kiranya perlu ditumbuhkembangkan pada diri
santri lima
kesadaran :
-
Kesadaran beragama
-
Kesadaran berilmu
-
Kesadaran berorganisasi
-
Kesadaran bermasyarakat
-
Kesadaran berbangsa & bernegara
Dengan
panca kesadaran tersebut, santri diharapkan mampu menjawab tantangan masa
depan, sehingga sebagai Khalifah fil Ardh, santri dituntut untuk dapat
membekali diri dengan tiga kemampuan :
i. Kemampuan
pengetahuan Agama yang sistematis
ii. Kemampuan
pengetahuan mengenai persoalan-persoalan zaman
iii. Kemampuan
meramu pengetahuannya tentang agama Islam & permasalahannya dalam kerangka
menyusun langkah-langkah bimbingan yang mantap.
b. Membangun
kultur (budaya) intelektualisme dan membumikan visi keilmuan
Dengan
berkonsentrasinya IPNU di dunia keilmuan kepelajaran dan kesantrian maka lahan
garapan semakin jelas karena sebagai generasi pelajar maka IPNU tidak boleh
tersisolasi dengan dunia riil seperti masalah ekonomi/politik kebudayaan dll.
Peran
serta dan kepekaan terhadap masalah-masalah sosial yang melengkapinya adalah
sebuah keharusan meski belum jatahnya/masanya untuk bermain di wilayah
tersebut. Minimal memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang apa itu politik
ekonomi, kebudayaan dan kehidupan lainnya sejauh dalam kerangka akademis & keilmuan.
c. Menjadikan
IPNU sebagai pembentuk masyarakat belajar
IPNU
yang berdiri sebagai wadah berhimpunnya remaja pelajar NU, memberi pelayanan
tidak hanya pelajar tetapi juga santri dan mereka yang berstatus putus sekolah.
Tiga komponen dasar inilah yang menopang kebesaran IPNU. Oleh karena itu, tiga
komponen ini tak terpisahkan satu sama lain. Kita sering menyebut kader IPNU
sehingga pelajar yang santri dan santri yang sekaligus pelajar, komunitas
pelajar dan santri serta remaja yang putus sekolah yang layak mendapat
pendidikan secara wajar bagi IPNU adalah segmen penting untuk membuka
selebar-lebarnya karena pendidikan kekaderan yang penting, perlu ditegaskan
adalah bahwa pemakaian nama “pelajar” tidak kemudian memberikan batas ataupun
sekat yang pasti antara pelajar (siswa), santri dan remaja putus sekolah,
artinya tidak hanya orang yang mau belajar itu harus berstatus pelajar formal,
baik yang di sekolah / di pesantren formal semata.
Dalam
memproduksi kader kita harus mempunyai pertimbangan sebagai berikut :
·
Kuantitas kader (jumlah/banyaknya)
·
Kualitas kader (mutu)
·
Penjenjangan kader (Strata/tingkatan)
Dalam
prosesnya mampu memahami aspek yang harus diberikan guna menjadikan IPNU
sebagai motivator setiap segmentasi baik pelajar maupun remaja putus sekolah.
IPNU seharusnya menempatkan diri menjadi pelajar yang baik pelayan yang mampu
memenuhi basic need (kebutuhan dasar) yang diinginkan seorang kader.
D. Posisi
dan Peran IPNU dalam konteks kepelajaran dan konteks kemasyarakatan
Bagi
IPNU yang telah menegaskan diri sebagai Organisasi pelajar, beberapa hal yang
menjadi kendala itu dapat dilakukan dengan konstruksi sikap dan garapan yang
jelas, terarah dan terukur. Mungkin muncul pertanyaan apakah pelajar menjadi
anggota IPNU dan tidak? Ini memerlukan jawaban pasti bahwa dengan ber IPNU
seorang pelajar yang menjadi anggota IPNU seorang pelajar akan memiliki
kelebihan tertentu. Kalau mau menjadikan IPNU menarik maka kelebihan yang
ditawarkan jangan menyangkut hal yang sudah ada/bisa diperoleh pelajar tanpa harus
aktif di IPNU, pemikiran dan cara pandang baru ini perlu dikembangkan sehingga
mampu menciptakan inovasi (penemuan-penemuan) baru yang lebih baik untuk
kemaslahatan.
Pendamping
organisasi IPNU dengan organisasi pelajar yang lain bisa berjalan dengan baik
seperti OSIS, KESIP (Santri) dll. Selama itu posisi IPNU hakikatnya merupakan
wadah perjuangan pelajar NU untuk mensosialisasikan komitmen nilai-nilai
keislaman, keilmuan, kekaderan dan penggalan dari pembinaan Potensi pelajar.
Dengan demikian, bahwa titik utama fungsi organisasi ini adalah sebagai wadah
berhimpun remaja, pelajar & santri NU untuk mempersiapkan kader-kader
bangsa dan sebagai wadah aktualisasi bagi mereka dalam pelaksanaan dan
pengembangan syariat Islam. Peran partisipasi IPNU ini akan membentengi
degradasi moralitas bangsa. Oleh karenanya dengan secara tegas IPNU kembali ke
pelajar maka IPNU menjadi madrasah alternatif bagi kaum muda NU
Akhirntya
dengan mengutip syair “Generasi (pemuda) hari ini adalah pemimpin di Masa depan
di tanganmulah maju dan mundurnya bangsa ini dipertaruhkan”
Selamat
Belajar, berjuang dan bertaqwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar